PASBAR | Forum Pegiat Literasi (FPL) Pasaman Barat, terus bergerak. Pelatihan Menulis Cerita Berbahasa Daerah diikuti 80 pelajar SLTA dan 34 guru pendamping. Keseruan kegiatan tak hanya dirasakan peserta, tetapi mendapat respon luar biasa dari Dian Palupi, Pendamping Banpem Komsas Tahap II Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
“Proses pembelajarannya sangat menarik, semua peserta terlibat aktif. Terima kasih panitia dan pemateri,” kata Dian Palupi, sesaat setelah Pelatihan Menulis Cerita dalam Bahasa Daerah, diadakan Forum Pegiat Literasi (FPL) Pasaman Barat, di Seven Cafe Foodcourt Simpang Empat, Minggu (13/10-2024).
Dian Palupi menyebutkan, kegiatan yang diadakan FLP Pasaman Barat merupakan wujud nyata membangun literasi masyarakat. Lebih fokus dilatujukan menulis dalam bahasa daerah dan bermuara kepada penguatan bahasa daerah.
Penguatan bahasa daerah bagi generasi muda sangat penting sebagai pelanjut pengguna bahasa tersebut. Jika bahasa daerah tidak lagi digunakan, bahasa tersebut akan hilang. Sikap terhadap bahasa daerah tidak hanya di ranah pendidikan, tetapi juga harus digunakan di ranah keluarga dan lingkungan.
Apalagi, kata Dian Palupi, ketika dirinya tahu bahwa di Pasaman Barat dominan didiami masyarakat dari tiga suku besar, Minang, Mandailing dan Jawa. Penguatan yang dilakukan semakin menarik karena tiga suku dengan tiga bahasa berbeda tersebut menjadi penguat Pasaman Barat dalam membina hubungan keanekaragaman kehidupan.
“Mari sama-sama melestarikan bahasa daerah agar tidak punah,” kata Dian Palupi.
Salah seorang peserta, Ainul Amni, salah seorang guru Taman Kanak-kanak, di Pasaman Barat, memberikan apresiasi terkait materi yang disampaikan narasumber.
Katanya, materi yang diberikan sangat berisi, tapi disampaikan dengan dengan cara yang sangat ringan sehingga bisa menyambung dan masuk kepada peserta, terutama anak-anak milenial. Anak-anak bisa menyalurkan bakatnya dalam menulis. Menulis dengan bahasa daerah ini dapat “mengembalikan” bahasa daerah.
Dua pemateri yang dihadirkan panitia, Askolani Nasution, seorang sastrawan asal Panyabungan, Sumatera Utara dan Firdaus Abie dari Padang, Sumatera Barat. Keduanya memberikan materi dengan format berbeda. Askolani Nasution memberikan materi teknik menulis cerita berbahasa Mandailing, sedangkan Firdaus Abie dalam bahasa Minang.
Secara spesifik, Firdaus Abie yang juga memiliki novel berbahasa Minang, berjudul Indak Talok Den Kanai Ati, memberikan langkah-langkah praktis terkait hal-hal yang harus menjadi perhatian ketika menulis dalam bahasa Minang. Ada banyak komponen yang harus menjadi perhatian dasar.
Ia langsung memberikan praktek menulis. Semua peserta boleh menulis secara bebas, menggunakan gaya dan bahasa mereka sehari-hari, sehingga untuk cerita berbahasa Minang, ada yang menulis dengan isolek Talu, Kinali, Aia Bagih dan lain-lain. Setiap naskah dibacakan oleh penulisnya. Suasana sangat meriah. Satu sama lain saling memberikan aplaus karena banyak kata-kata atau kalimat yang sudah tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari justru muncul saat pelatihan tersebut.
Saat membuka Workshop, Kacabdin Wilayah VI Efri Syahputra, S.Ag M.Pd mengapresiasi FPL Pasbar yang telah mengangkat acara tersebut. Ia berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan minat baca dan kemampuan menulis di kalangan guru dan pelajar.
Kacabdin juga mengingatkan kepada seluruh peserta agar meningkatkan minat baca, karena dengan banyak membaca akan dapat memperkaya khasanah pengetahuan, kosa kata dan mengasah rasa, sehingga menjadi modal untuk mulai menulis.
"Mulailah menulis setiap hari, minimal menuliskan apa kegiatan kita sehari-hari, atau tentang apa yang kita pikirkan. Jika rutin menulis setiap hari, lama kelamaan kita akan semakin lancar menulis, sehingga menulis bukan lagi sesuatu yang berat," katanya.
Ketua FPL Pasaman Barat Denni Meilizon menyebutkan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan di lembaga tersebut. Sehari sebelumnya dilaksanakan Workshop Mendongeng dan Penulisan Cerita Anak untuk Guru PAUD/TK dan Umum, di Cafe & Resto Lathifa, Sabtu (12/10-2024)
Kegiatan tersebut merupakan langkah kecil dalam upaya merevitalisasi bahasa daerah di Kabupaten Pasaman Barat. Pelaksanaannya didukung pendanaan dari APBN melalui program Banpem Komunitas Sastra yang digulirkan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Tahun Anggaran 2024. *
0 Komentar